Doorr..!! Lokasi Tambang PETI Ratatotok Kembali Memanas Aksi Brutal Diduga kelompok Polisi Bayaran Tembak Warga Ratatotok.

MINSEL-MITRA1540 Dilihat

EMMCTV.Com >>|| MINAHASA TENGGARA SUlawesi Utara.Selasa(14/5/24).Dorr.doorr..Kembali Bunyi letupan yang di duga dari sekelompok Gerombolan bersenjata di lahan tambang ilegal(PETI) Ratatotok kembali memakan korban jiwa.dari hasil investigasi Puluhan warga Ratatotok yang sedang tidur sambil menjaga lahan milik Elisabeth Laluyan diserang dengan rentetan hujan peluru oleh polisi bayaran pada waktu subuh.Senin(13/5).

Dari data Sumber yang terhimpun pada TKP di Katakan, pada hari Senin, 13 Mei 2024 tepatnya pukul 12.00 WITA, malam, sekelompok polisi bersenjata lengkap mirip KKB datang menyerang penjaga tanah Elisabeth Laluyan di lokasi Tanah Pasolo Desa Ratatotok 1 Kecamatan Ratatotok. Pantauan media Diketahui Lokasi (Tanah) tersebut sah milik “Elisabeth Laluyan ini berdasarkan Akta Jual Beli Nomor: 24/AJB/RTTK/III/2010 yang sudah mendapat putusan hukum tetap.
“Diduga Penyerangan terjadi disaat para penjaga tanah dalam keadaan tidur,” ujar saksi mata.

Dilansir juga dalam pemberitaan media Komentar.id Akibat, tindakan biadab kepolisian ini beberapa orang penjaga tanah menderita luka-luka. Sementara 1 orang bernama Jonly Gilon umur 40 tahun warga Minahasa Tenggara sampai saat ini belum ditemukan.

Adapun pihak Elisabeth Laluyan berharap agar lokasi tambang di Pasolo Ratatotok ditutup untuk sementara waktu oleh aparat Kepolisian dan pemerintah Minahasa Tenggara.

“Seharusnya tidak ada lagi pihak-pihak yang diijinkan mengelola lokasi tersebut baik perusahaan maupun perorangan agar tidak terjadi perbuatan pidana yang mengakibatkan korban selanjutnya,” imbuh Kuasa Hukum Elisabeth Laluyan, Gerry Tamawiwi SH.

Diketahui, lokasi tanah Elisabeth Laluyan dalam tiga bulan terakhir dirampas PT HWR yang belakangan diketahui milik WNA Singapura. HWR memakai tangan perempuan Conny Giroth melakuka pengerukan materia kandungan emas dan merusak permukaan tanah dengan pengggalian dalam ukuran besar. HWR juga disinyalir membayar mahal aparat kepolisian untuk menjaga semua titik akses masuk lokasi. Beberapa waktu lalu media memergoki beberapa personil Brimob bersenjata laras panjang tampak nencegat warga yang melintas ke lokasi. Tindakan tidak tahu malu itu memicu kecaman publik Sulut.

“Negara bayar polisi untuk melindungi rakyat. Bukan menjaga mafia tambang merampas tanah rakyat. Ini tidak boleh terjadi,” tegas Ketua Rakyat Antikorupsi Harianto Nanga.

Sementara, pihak Polres Mitra melalui Kapolsek Ratatotok atas kejadian tersebut mengatakan, Polres Mitra langsung turun ke lokasi.
“Kami lagi di lokasi untuk mengumpulkan keterangan,” kata Yudith singkat.

(Opo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *